Ramadhan selalu menjadi salah satu bulan yang paling dinantikan sepanjang tahun, terutama bagi banyak umat muslim di Indonesia. Bukan hanya karena Ramadhan dianggap sebagai perayaan besar, tetapi orang-orang juga menantikan untuk berpartisipasi dalam berbagai tradisi yang hanya ada saat menjelang Ramadhan.
Dengan lebih dari 300 suku dan 700 bahasa daerah, keragaman budaya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari banyak aspek penting di negeri ini, termasuk perayaan Ramadhan. Maka tak heran jika masyarakat dari berbagai provinsi menyambut bulan suci Ramadhan dengan caranya masing-masing.
Tradisi-tradisi tersebut sudah lama dipraktekkan, dan masing-masing tradisi memiliki maknanya sendiri-sendiri dan sangat dipengaruhi oleh budaya dan norma-norma dari daerah atau etnis masing-masing dari mana mereka berasal. Berikut 8 tradisi unik untuk menyambut Ramadhan untuk menambah wawasan kamu!
Nyadran atau Nyekar – Jawa
Sumber: Menpan RI
Nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Biasanya orang Jawa akan mengunjungi makam keluarga dan leluhur mereka beberapa hari sebelum Ramadhan tiba. Mereka akan meletakkan bunga, membersihkan area di sekitar makam dan mengirimi mereka do’a. Jangan heran jika makam umat Islam di Indonesia dipadati pengunjung pada hari-hari terakhir Syaban (bulan sebelum Ramadhan dalam penanggalan Islam).
Dugderan – Jawa Tengah
Sumber: semarangkota.go.id
Dugderan pertama kali dilakukan oleh warga Semarang pada tahun 1881 untuk menentukan hari pertama Ramadhan. Kini di zaman modern, Dugderan lebih dilihat sebagai pesta rakyat dengan parade panjang. Namun, puncak acara ini tetap sama yaitu ritual untuk menentukan hari pertama puasa Ramadhan. Acara ini memiliki maskot khusus yang disebut Warak Ngendog.
Warak Ngendog adalah patung kambing berkepala naga. Patung tersebut dilengkapi dengan beberapa butir telur rebus sebagai simbol bahwa makhluk tersebut sedang bertelur. Patung ini merupakan gambaran Dugderan pertama pada tahun 1881, ketika Semarang mengalami krisis sehingga pangan dan telur menjadi barang mewah bagi penduduknya.
Meugang – Banda Aceh
Sumber: Good News from Indonesia
Meugang dirayakan di Aceh sejak pemerintahan Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh. Saat itu Sultan Iskandar Muda banyak menyembelih hewan kurban dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat menjelang Ramadhan. Saat ini tradisi Meugang diadakan tiga kali dalam setahun, yaitu saat menjelang Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Warga Aceh akan memasak daging dan menikmati masakan tersebut bersama keluarga, sahabat, dan anak yatim piatu sebagai simbol rasa syukur setelah 11 bulan mencari nafkah.
Balimau – Minangkabau, Sumatera Barat
Sumber: infopublik.id
Balimau adalah tradisi masyarakat Minangkabau yang mandi di air dengan limau (jeruk nipis). Biasanya tradisi ini diadakan di daerah-daerah tertentu yang terdapat aliran sungai dan tempat pemandian. Makna Balimau adalah menyucikan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
Nyorog – Betawi
Sumber: znews.id
Nyorog adalah tradisi Betawi di mana orang-orang membagikan paket makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua seperti ayah, ibu, paman, atau kakek-nenek. Dulu, paketnya berisi sayuran dan ikan matang, tetapi sekarang orang-orang mulai beralih berbagi paket biskuit, kopi instan, gula, sirup, teh, dan lain-lain. Tradisi Nyorog dianggap sebagai pengingat bahwa Ramadhan akan datang dan masyarakat harus mempererat ikatan dengan keluarga.
Megibung – Bali
Sumber: Nawacita Post
Umat Islam di Bali menyambut bulan suci Ramadhan dengan tradisi Megibung. “Megibung” berasal dari kata gibung yang berarti berbagi, duduk melingkar dan makan bersama dengan nasi dan piring di atas nampan. Ritual ini diadakan di Kampung Islam Kepaon, Karangasem, Bali Timur pada tanggal 10, 20, dan 30 Ramadhan. Ritual ini diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem pada abad ke-17.
Megengan – Jawa Timur
Sumber: Pemkab Lumajang
Masyarakat di Jawa Timur terutama di Tuban, Malang, dan Surabaya mengadakan tradisi Megengan untuk menyambut bulan Ramadhan. “Megengan” berasal dari bahasa Jawa megeng, yang berarti “memegang”. Tradisi ini mengingatkan orang-orang bahwa Ramadhan akan datang, dan mereka harus menahan diri dari melakukan dosa.
Selama Megengan, masyarakat biasanya duduk bersama di masjid atau lapangan untuk berdoa bersama, mengunjungi makam leluhur, lalu makan bersama. Tradisi itu juga merupakan salah satu cara penyebaran Islam di Jawa Timur sejak dulu.
Munggahan – Jawa Barat
Sumber: Good News from Indonesia
Berasal dari kata Sunda 'Munggah' yang berarti 'Naik', munggahan memiliki filosofi yang lebih dalam di balik terjemahannya yang singkat. Penduduk asli Jawa Barat percaya bahwa Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik dengan membangun hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Maka dari itu, munggahan bukan hanya sebagai cara menyambut bulan suci Ramadhan, tapi juga pengingat bahwa kita harus menjadi versi terbaik diri kita sepanjang tahun ini.
Ada rangkaian acara yang kemudian berujung pada acara pokok munggahan, kumpul keluarga atau makan besar, dan semuanya diawali dengan ziarah ke makam kerabat dekat. Banyak orang percaya bahwa ziarah adalah cara untuk menghormati dan mengingat anggota keluarga mereka yang telah meninggal, sehingga tradisi ini menjadi sangat populer terutama mendekati momen khusus seperti Ramadhan.
Setelah ziarah lakukan, keluarga akan berkumpul untuk berbagi waktu bersama, yang menjadi momen langka terutama bagi mereka yang disibukkan dengan jadwal padat setiap hari. Dan biasanya, masing-masing anggota membawa hantaran berupa makanan untuk dinikmati saat makan siang atau makan malam keluarga.
Nah, kalau kamu ingin bertemu dengan kerabat dan ingin membawa hantaran yang beda, kamu bisa memberikan snack box lho! Kamu bisa personalize snack box atau memilih curated gift box yang sudah kami siapkan spesial untuk kamu. Untuk informasi lebih lanjut, kamu bisa hubungi kami. Selamat bersilaturahmi!